Kitab 2 Tawarikh adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang termasuk dalam bagian Perjanjian Lama. Kitab ini ditulis oleh Ezra, seorang imam dan ahli sejarah pada abad ke-5 SM. Kitab ini merupakan catatan sejarah Israel yang meliputi periode pemerintahan raja-raja Israel dan Yehuda.
Pasal
21 dari Kitab 2 Tawarikh berfokus pada pemerintahan raja Yosafat dari Yehuda. Yosafat adalah salah satu raja yang saleh dan mengasihi Tuhan. Namun, dalam pasal ini, terdapat peristiwa yang mengejutkan yaitu Yosafat memperbolehkan anaknya, Yoram, untuk menikahi putri Ahab, raja Israel yang jahat.
Peristiwa ini memiliki latar belakang historis yang penting. Pada saat itu, hubungan antara kerajaan Israel dan Yehuda sedang tegang. Raja Ahab dan istrinya, Izebel, adalah penganut dewa Baal yang menyebabkan Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala. Dalam konteks budaya, pernikahan antara Yoram dan putri Ahab adalah upaya untuk memperkuat aliansi politik antara kedua kerajaan.
Namun, keputusan Yosafat ini melanggar hukum Allah yang melarang umat-Nya untuk bersekutu dengan bangsa-bangsa yang menyembah berhala. Hal ini menunjukkan bahwa Yosafat, meskipun saleh, juga memiliki kelemahan dan tergoda oleh politik dan aliansi.
Dalam ayat-ayat sebelumnya, Kitab 2 Tawarikh mencatat kebaikan dan kesalehan Yosafat. Ia memperkuat pertahanan Yehuda, mengirim para pengajar hukum ke seluruh kota, dan mengadakan pengadilan yang adil. Namun, keputusannya untuk memperbolehkan pernikahan antara Yoram dan putri Ahab menjadi titik balik dalam pemerintahannya.
Secara teologis, pasal ini mengajarkan pentingnya setia kepada Allah dan menjauhi penyembahan berhala. Meskipun Yosafat adalah seorang raja yang saleh, keputusannya yang salah ini menghasilkan konsekuensi yang buruk bagi dirinya dan kerajaannya.
Dengan memahami latar belakang historis, budaya, dan teologis dari pasal ini, kita dapat lebih memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis Kitab 2 Tawarikh dan mengambil pelajaran yang relevan bagi kehidupan kita saat ini.