Kitab 2 Tawarikh adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang termasuk dalam bagian Perjanjian Lama. Kitab ini ditulis oleh Ezra, seorang imam dan ahli sejarah pada abad ke-5 SM. Kitab ini merupakan catatan sejarah Israel yang meliputi periode pemerintahan raja-raja Israel dan Yehuda.
Pasal
12 dari Kitab 2 Tawarikh berbicara tentang pemerintahan raja Rehabeam, putra Salomo. Ayat-ayat sebelumnya, terutama pada pasal
11, menceritakan tentang pemberontakan sepuluh suku utara Israel melawan pemerintahan Rehabeam. Pemberontakan ini terjadi karena Rehabeam menolak memenuhi permintaan suku-suku tersebut untuk mengurangi beban kerja yang diberlakukan oleh Salomo.
Dalam konteks historis, pemberontakan ini mengakibatkan pecahnya Kerajaan Israel menjadi dua, yaitu Kerajaan Israel Utara (sepuluh suku utara) dan Kerajaan Yehuda (dua suku selatan). Pemberontakan ini juga merupakan akibat dari pembangunan Bait Suci oleh Salomo yang membutuhkan banyak tenaga kerja dan menyebabkan ketidakpuasan di antara rakyat.
Dalam konteks budaya, pemberontakan ini mencerminkan ketegangan antara suku-suku Israel yang berbeda dan perbedaan pendekatan pemerintahan antara Rehabeam dan ayahnya, Salomo.
Dalam konteks literatur, Kitab 2 Tawarikh merupakan catatan sejarah yang menggambarkan perjalanan pemerintahan raja-raja Israel dan Yehuda. Kitab ini juga mencakup catatan tentang pembangunan Bait Suci dan peranan para imam dalam ibadah.
Dalam konteks teologis, pasal
12 menggambarkan konsekuensi dari ketidaktaatan terhadap perintah Allah. Pemberontakan suku-suku Israel dan pecahnya kerajaan menjadi dua merupakan hukuman yang diberikan oleh Allah karena dosa dan ketidaksetiaan umat-Nya.
Dengan demikian, pasal
12 dari Kitab 2 Tawarikh memberikan gambaran tentang situasi politik dan spiritual pada masa pemerintahan raja Rehabeam, serta mengajarkan pentingnya ketaatan terhadap perintah Allah.