Jika Allah adalah bijaksana dan penuh kasih, mengapa Dia membuat manusia cenderung menderita secara fisik ?

Tidakkah Anda berpikir bahwa organisme yang begitu halus dan menakjubkan seperti tubuh manusia kurang merasa sakit ketimbang yang diperkirakan orang. Tentu saja, kuasa Allah untuk berbuat apa pun tidak ada batasnya, tetapi Dia sendiri membatasi cara-cara kerjanya. Dia bekerja melalui hukum-hukum alam, dan jarang campur tangan antara pelanggaran terhadap hukum-hukum itu dan hukumannya. Apa pun yang ditabur manusia akan dituainya. Seorang pembuat jam membuat jam yang dia yakini akan menunjukkan waktu dengan tepat dan dapat dipakai bertahun-tahun. Tetapi apabila seorang anak laki-laki yang memiliki jam itu dan ia senang menyelidiki bagaimana cara kerjanya, mengubah regulatornya dan kadang-kadang menjatuhkannya ke lantai, keahlian pembuat jam itu gagal memenuhi tujuannya. Bahkan orang yang semestinya mengetahui lebih baik tidak cukup hati-hati mengenai hukum-hukum kesehatan, dan mereka pasti akan menderita penyakit dan seringkali mewariskan keadaan fisik yang lemah kepada anak-anak mereka. Tetapi, ada bukti-bukti mengenai perencanaan ke depan dan kebaikan Allah bahkan yang muncul melalui kepedihan. Satu di antara bukti-bukti itu ialah pemeliharaan tunggal dalam rasa sakit yang ekstrem yang biasa kita sebut "pingsan." Itu seperti katup pengaman dari mesin uap, yang bekerja dengan tenaga yang dapat menimbulkan bahaya. Ketika rasa sakit menjadi terlalu hebat sehingga keadaan fisik biasa tidak dapat menahannya, orang itu pingsan, yakni menjadi tidak sadar terhadap apa yang sedang dialaminya. Itu merupakan pemeliharaan Allah penuh belas kasihan yang menunjukkan kebaikan dan kemampuan Sang Pencipta untuk mengetahui kebutuhan di masa depan.




Artikel yang terkait dengan Matius:


TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA