Apa arti istilah "rupa Allah"?
Supaya kita benar dalam mendiskusikan hal-hal rohani, tidak seorang pun bisa melampaui kata-kata Firman Allah. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Allah memberikan jiwa yang hidup kepada manusia. Dalam pengertian ini manusia berada dalam rupa Penciptanya dalam hal watak, temperamen, dan keinginannya, dan dalam ketaatannya pada kehendak ilahi; tetapi keadaan ini hilang karena dosa. Sesudah itu satu-satunya yang bisa dikatakan tentang orang-orang yang berjalan benar di hadapan Allah dan diilhami oleh Dia, bahwa mereka adalah "anak-anak-Nya". (Mat. 13:38; Mrk. 7:10. Lih. Yoh. 12:36; Kis. 13:10; Kol. 3:6). Yesus sendiri menarik garis perbedaan ketika Dia berkata kepada ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi bahwa mereka adalah anak-anak Iblis, dan inilah keadaan sebenarnya dari setiap orang yang hidup dalam dosa, yang tidak bertobat dan tidak diampuni. Sementara di dalam keadaannya yang sempurna, manusia serupa dengan Penciptanya, dan dalam keadaan berdosa dia tidak lagi demikian, dia tidak memiliki sifat-sifat dan kecakapan-kecakapan rohani yang menjadi bagian dari keadaan sempurna, atau bahkan orang berdosa yang sudah diampuni, yang memiliki harapan di dalam Kristus untuk diperdamaikan dan dipulihkan. Tidak ada ayat-ayat di Alkitab yang menyatakan bahwa manusia itu kekal dengan sendirinya dan itu sudah menjadi sifatnya. "Jiwa yang berdosa, harus mati". Ketika dosa masuk, terjadilah kerusakan dan kematian jasmani; keadaan manusia mula-mula telah hilang dan dengan terus berlanjutnya dosa, tidak adanya pertobatan dan pengampunan, mereka juga kehilangan kekekalan rohani. Hidup kekal adalah karunia Allah. Paulus menyatakan bahwa Yesus, melalui Injil-Nya, membawa kehidupan dan kekekalan untuk menerangi manusia yang jatuh dan menunjukkan jalan menuju pemulihan melalui pertobatan, pengampunan dan penerimaan.
Artikel yang terkait dengan Matius:
